Dalam Duka- letto
dalam suka ku percaya
kau kan bisa menemani dengan cinta
dalam duka ku bertanya
kau kan bisa menemani dengan cinta
dalam duka ku bertanya
bagaimana dalam hatimu bicara
takkan ada jika tak percaya
reff:
di saat hampa harimu dan saat hampa hatimu
ku kan ada, ku di sana, menemanimu selaludi saat hilang jalanmu dan saat hilang nafasmu
di saat hampa harimu dan saat hampa hatimu
ku kan ada, ku di sana, menemanimu selaludi saat hilang jalanmu dan saat hilang nafasmu
ku kan ada, ku di sana, menemanimu selalu
dalam cinta ku bertanya
sampai mana rasa ini kan dicoba
sampai mana rasa ini kan dicoba
Akhirnya ku menemukanmu… yah waktu itu akhirnya tiba juga, sudah sangat kangen dengan karya –karya baru grup band yang menamakan dirinya dengan sebutan Letto. Entah apa artinya kata “letto” itu, mungkin juga memang tak punya makna. Ah… apakah semua harus bermakna, dan apakah yang mempunyai arti juga menunjukan kata tersebut. Mungkin belum ada kata dan rangkaian kalimat yang mampu menampung semacam “aspirasi” music dari grup band asal kota gudeg yang digawangi Noe (Sabrang Mowo Damar Panuluh) sebagai vokalis, Arian, Pathub dan Dhedot ini.
Boleh dibilang sudah cukup lama penantian album yang bertajuk “Cinta…. Bersabarlah”, yang memang harus sabar menunggu karya yang menurut saya sangat “nyeni” (baca: mempunyai nilai seni tinggi) dibandingkan dengan grup band yang bermunculan sekarang yang sangat “ababil”, yang hanya mengandalkan tampang keren sedikit, atau mereka yang punya dana yang cukup sehingga mampu mengeluarkan album, tapi ternyata hasil karyanya hanya medioker. Letto memberikan warna dalam dunia “permusikan” Indonesia, dengan warna music mendayu-dayu dan dengan kekuatan “sihir” liriknya yang begitu mempesona. (sebenarnya kata mempesona tak mampu menggambarkan keluarbiaasaan liriknya),
Single pertama dari album keempat yang bertajuk Cinta Bersabarlah yaitu lagu Dalam duka. Dilihat dari judulnya, saya menggambarkan bahwa lagu ini untuk mereka yang terkena musibah, apakah ini terkait dengan bencana meletusnya gunung merapi yang notabene berada di “kampung halaman” grup band ini. Entahlah, saya tidak begitu mengerti. Mengamati liriknya, seolah2 menggambarkan cinta antara dua insan (tentunya yang berbeda jenis kelaminnya…he), menggambarkan bahwa pasanganya mampu hadir ketika dia sedang dirundung duka nestapa. Namun, setelah dilihat dengan cermat, ternyata lagu ini merupakan “dialog” antara hamba dengan penciptanya. Ketika hambanya bertanya kepada tuhanya “bagaiman bentuk kehadiran tuhan dalam keadaan duka?”. Kemudian dijawab Tuhan dalam baris reff.
“di saat hampa harimu dan saat hampa hatimu
di saat hilang jalanmu dan saat hilang nafasmu
ku kan ada, ku di sana, menemanimu selalu”
di saat hilang jalanmu dan saat hilang nafasmu
ku kan ada, ku di sana, menemanimu selalu”
Inilah kekuatan letto, “sihir” liriknya begitu mempesona, yang membuat saya selalu terkagum2 dan berkeyakinan bahwa Indonesia mempunyai kebudayaan yang tinggi…Salam hangat untuk seluruh Plettonic…
